Senin, 10 Maret 2008

Psiko-Intelektual [opini pribadi Awaludin / Luluk, diambil dari milis NGOMCP ]


Penyakit baru yang merebak waktu dekat ini tak hanya flu burung, chikungunya, dan infeksi bakteri enterobacter sakazakii pada bayi karena susu formula, akan tetapi penyakit yang justru menyerang denyut saraf otak generasi muda, yakni psiko-intelektual. Tidak banyak yang perlu dikhawatirkan dari keberadaan penyakit ini. Penyakit ini pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: maunya menang sendiri, dominasi, individualistik, kecil hati, dan merasa dirinya paling pintar (atau paling benar). Penyakit ini biasanya bersembunyi di balik tirai besi kebebasan. Menyuarakan kebebasan hingga pada akhirnya menjadi keblabasan, dan manyatakan paham pada semangat perjuangan dan nilai-nilai demokrasi yang kemudian dikhianati dengan demo yang crazy [democrazy].

Sungguh naif apabila kita berfikir maka kita ada, sebuah pemahaman filosofis yang kemudian di telan mentah-mentah tanpa adanya pemenuhan hak sosial politik orang lain, sehingga toleransi membeku dan kenyamanan pun jauh. Bahkan ironisnya, kecenderungan untuk memikirkan pendapat orang lain tidaklah benar dan apa yang menjadi pemikiran dirinya sendiri haruslah diikuti dan mengarahkan pada apa yang disebut kebenaran absolut.

Dimana letak kebingungan itu? Pertanyaan yang cukup wajar dilontarkan lantaran psiko-inteletual menjadi wahana subur bagi kekerasan internal dalam otak manusia yang diklaim sebagai cendekiawan muda ini.Cak Nun mengkonstatasikan bahwa kebingungan terletak dalam arti diri kita, menempatkan kebenaran itu adalah sesuai dengan asumsi kita, keinginan kita, dan kepentingan kita. Demikianlah menjadikan manusia itu puas sementara waktu namun keterasingan dan kemelaratan ilmiah karena pemikiran jalanan yang tak konstruktif dan sama sekali tak manfaat.

Aras pemikiran mana yang paling baik? Tidak ada aras pemikiran yang paling baik. Hanya ada mereka yang berfikir manfaat dengan landasan yang kuat dan menggugat sesuatu hal bukan karena kepentingan dan nafsu diri sendiri akan tetapi untuk kepentingan umat. Kita semua hampir sepakat bahwa para filosof yang berpikir dengan konsep paling dasar baik ontologi, epistemlogi, dan aksiologi tak luput pada ajarannya yang menjunjung tinggi nilai-nilai asasi manusia, mereka dari barat ke timur, seperti halnya Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Rene Descartes, Immanuel Kant, George Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friendrich, Nietzche, dan Jean paul Sartre, menuju ke filusuf tengah: Avicenna (Ibu Sina), Ibnu Tufail Kahlil Gibran, dan Averroes kemudian Para filosof ketimuran seperti Siddharta Gautama, Bodhidharma, Kong hu cu, Zhuang Zi, dan Mao Zedong adalah sederetan filosof terkemuka dunia yang dalam hidupnya mendahulukan keinginan pemberdayaan dan pembaharuan sistem dengan cantik dan elegan. Bukan memaksakan keinginan untuk mengikuti pikirannya.

Awaludin Marwan, SH
Saudara kembar sial Barack Obama Senator Illionis, cuma beda nasib

Tidak ada komentar: